Tiga bulan sudah pernikahan itu berlangsung….dan sejauh mata saya memandang …mereka sangat harmonis dan bahagia. Tidak pernah terdengar sedikit pun keluh kesah mengenai pernikahannya. They look perfect and match each other.

Tetapi setelah memasuki bulan ke-2..tepatnya tanggal 9 January 2009, cobaan itu datang. Kesehatan sang Istri menurun hingga kemudian dokter pun memvonisnya sebagai penderita gagal ginjal yang mengharuskannya untuk cuci darah.

Berita ini bagaikan petir yang menyambar di siang hari bolong. Sang istri adalah sahabat saya. Dan saya sangat terpana akan berita nyata itu yang kemudian memunculkan tanya dalam hati saya “ bagaimana bisa hal ini terjadi? Padahal mereka baru merasakan manisnya biduk pernikahan? “

Resah dan gelisah menghantui perasaan saya hingga akhirnya saya menyarankan untuk pindah ke dokter lain dengan asumsi mungkin saja sang dokter yang memvonis itu salah diagnosa. Sang istri pun mengikuti saran tersebut walaupun dy tidak pergi ke dokter lain melainkan ke pengobatan alternative.

Setelah + 1 bulan dy menjalani pengobatan alternative tersebut, akhirnya sang istri pun bekerja kembali. Di kantor, saya dan teman-teman sejawat sempat bingung, karena cukup kaget dengan kondisinya yang sekarang, keadaannya menurun. Terlihat bahwa kaki dan mukanya mulai membengkak. Jujur…waktu itu kami semua tidak tahu harus berbuat apa hingga akhirnya saya menyarankan kembali untuk mengecek ke dokter lain, tetapi seperti biasa sang istri tersebut tidak mau dan tetap kekeuh untuk menjalankan pengobatan alternative tersebut dan meyakini bahwa alternative itu akan dapat menyembuhkannya.

Tepat ditanggal 24 february 2009 kemaren…saya mendapatkan berita yang sangat mengguncang. Sang istri anfal dan dokter mengambil tindakan untuk langsung melaksanakan program cuci darah tersebut. Sedih dan shock itu ada. Terlebih lagi ketika saya dan teman-teman menjenguknya di rumah sakit pada ruangan ICU. Tak bisa tertahankan rasa sedih itu memuncak. Kondisinya sudah berada sangat mengenaskan. Selang-selang menyelimuti sekujur tubuhnya, suara yang menggetar dan terdengar lemah. Bunyi alat2 di samping tubuhnya menambah rasa takut dan membuat bulu kuduk merinding. Dy terbaring lemas, pucat dan sedih. Tak tega rasanya melihat keadaan terburuknya seperti itu.

Tp saya harus kuat, saya tidak boleh menangis didepannya. Dengan segenap kekuatan, saya berusaha untuk tersenyum menceritakan kejadian kejadian yang lucu dan konyol. Saya ingin menghiburnya, membuatnya tertawa dan usaha itu membuahkan hasil. Akhirnya saya melihat senyum itu…suara tawa itu….walau masih terdengar lemah. Dan kemudian terbesit tanya dalam hati “ apakah saya berhasil menghiburnya?”.

Selang satu minggu kemudian, dy masih dirawat di rumah sakit tersebut dan sudah terlihat agak baikan (dibandingan saat di ruang ICU) setelah beberapa kali cuci darah (yang notabenenya adalah tiap hari cuci darah). ketika sudah terlihat agak segaran, dokter menyarankan untuk cuci darah seminggu dua kali. Sangat mencengangkan mengingat jenjang waktu cuci darah yang tidak jauh tersebut.

Hari ini, saat menulis ini, sang istri sedang menjalankan operasi kecil di lengannya untuk tempat cuci darah yang baru karena sebelumnya tempat yg lama ( paha ) akan di tutup…
Entah sudah berapa Rupiah yang keluar untuk semua biaya ini. kesembuhannya pun blm tentu sembuh total karena dy akan terjerat dengan system cuci darah itu seumur hidup.

Adilkah ini untuknya??? Hanya satu bulan merasakan kebahagiaan pernikahan yang sempurna? Hanya doa yang bisa saya berikan untuk kesembuhannya… walau qt beda agama, beda RAS tapi…doa itu akan sampai untuknya.

“cepat sembuh y ci… gw kangen sama loe… nda ada lagi yang gangguin gw saat jam kerja… nda ada lagi yang ngajak gw ngobrol saat jam kerja… nda ada lagi yang ngasih gw cemilan saat gw kelaperan disiang hari… nda ada lagi org yg ngejekin gw tentang kerjaan…. Gw harus nanya ma sapa lagi donk tentang kerja di kantor ini karena yg tersisah hanya 3 orang yg punya otak dangkal permanent, nda mungkin donk gw nanya ma mrk???!!!! susan sembuh donk dan kerja lagiiiii……”

Note:
- Based on true story of Our Beloved Friend " Suzana "
- Created by Erawati Siti Sundari Dachlan (Era)
- Editing by Rydisa


0 comments: